Menikmati UBUD dari dalam Resort
.Setelah menghabiskan beberapa hari di Nusa Lembongan selama liburan tahun baru kemarin, hari yang tersisa untuk liburan masih ada, jadi direncanakanlah untuk menghabiskan 1 hari di Ubud. Rencana menginap di Ubud memang tidak untuk mengeksplor Ubud sendiri, karena saya sudah pernah jalan ke sana beberapa tahun lalu (walau gak eksplor maksimal sih..) Jadi agenda kegiatan di Ubud kali ini cuman mau laid back and relaxe. Jadi sore itu, tanggal 2 Januari 2015, setelah menghabiskan waktu hampir seharian bersusah payah mencari motor buat disewa dan terlunta-lunta di Pantai Sanur serta Kuta, akhirnya kami mendapatkan motor bebek buat disewa seharga Rp 75.000,- per 24 jam tanpa bensin dari Bli Komang yang nomer hapenya kita temukan secara randon di google (Ah, termakasih mbah google..), ni kontaknya beli Komang 081916492161 atau 081339810, mungkin suatu saat kalian butuh buat sewa motor di Bali. Bli satu ini menyediakan 10 buah motor bebek, dan bisa delivery order asal tidak terlalu jauh dari area Sesetan, dekat Sanur. Nanti waktu sewa kalian akan dibekali jas hujan dan juga 2 buah helm SNI, ah recommended lah, diutamakan untuk wisatawan lokal dan kalau bisa waktu high season, pre order dulu deh 3-5 hari sebelumnya.Waktu itu kami janjian di Kuta dan Bli bersedia mengantarkan motornya sampai Kuta.
Motor udah dapet, pas jam 18.30, kami meluncur ke Denpasar dulu untuk mencari tiket bus buat pulang ke Jawa esok hari dan jam 20.00 kami baru meluncur ke area Ubud berbekal Google Map dan aplikasi Waze. Sebelumnya kami beli nasi buat dibungkus di warung Nasi Pedas Bu Andika yang ada di ruko dekat Central Park seharga Rp 38.000,- buat berdua, masing-masing lauk telur dan ayam. Menurut saya mahal dan rasanya standard, walau banyak direkomendasikan, tetapi mungkin juga ini karena faktor kesorean ya saya belinya, sehingga lauk-pauknya yang direkomendasikan seperti ayam suwir udah pada habis. Nasi udah dibungkus, mari kita berkendara menembus kemacetan Bali di sore hari pas musim liburan lagi. sebelum meluncur ada baiknya motor diisi bensin juga, waktu itu kami langsung isi full bensinnya untuk motor Jupiter MX, habisnya Rp. 25.000,-. Waktu di jalan menuju Ubud, tepatnya di Bypass, kami kena hujan, jadilah terpaksa pakai jas hujan sebentar karena ransel saya yang mengandung laptop harus dilindungi. Sekitar jam 20.30 kami berdua sampai di resort yang sudah kami booking sebelumnya. Perjalanan ke Ubud memakan waktu sekitar 1 jam an dengan jarak Denpasar-Ubud adalah 24 km melewati Sukowati, tanpa macet lho ya.
Menghabiskan waktu di Suly Resort and Spa
Menghabiskan waktu di Suly Resort and Spa
Di Ubud, kami menginap di Suly Resort And Spa yang harganya menurut kami sangat murah dibandingkan fasilitas yang diberikan. Jika dibandingkan pula dengan penginapan kami saat di Nusa Lembongan loh ya. Pacar menemukan resort ini setelah browsing di booking.com dan mencari penginapan yang dapat dibooking tanpa kartu kredit, sehingga kami baru bayar di tempat. Rate kamar yang kami pesan termasuk yang paling rendah, dengan desain kamar biasa atau modern (ada yang berdesain arsitektur Bali pula) dan tanpa view. Nama kamarnya "New Building Room dengan Standard Room", rate nya adalah Rp. 325.000,- per malam dan mendapatkan fasilitas double bed, televisi, amenities, mini bar (teko, teh, kopi, gula), kulkas mini, kamar mandi ada sabun dan shampoo yang tergantung di tembok, shower dengan pengaturan air panas dan air dingin, handuk. Sebelum masuk ke dalam kamar, saat check in, kami disambut dengan wellcome drink, diberi penjelasan mengenai ruangan dan fasilitas yang diperoleh dalam suatu amplop berupa beberapa beberapa lembar voucher, yaitu meliputi password wifi (hanya berfungsi di restoran dan lobby), kupon untuk sarapan berdua (restoran menyediakan sarapan dari jam 07.00-10.00), jadwal free shuttle buss untuk ke Ubud Palace dan area kota (karena resort ini terletak di Desa Mas sekitar 15 menit dari pusat kota Ubud), free massage selama 15 menit untuk masing-masing tamu, price list laundry dan peta yang gambarnya tidak jelas. Setelah dijelaskan mengenai berbagai fasilitas yang ada, selanjutnya sebagai tamu kami diantar ke kamar (kami dapat kamar nomor 406 di lantai 4, tetapi jangan khawatir, ada lift kok), diangkatin barangnya dan dengan sukarela pula kami memberikan tips donk. Resort ini terletak di tepi jalan di Desa Mas (15 menit dari pusat kota Ubud), tetapi tidak terasa sama sekali atmosfer kota dan kendaraan yang bising, karena bangunan utamanya sendiri, mulai dari loby sampai kolam renang di bagian paling belakang, terletak jauh dari jalan raya.
Ini suasana Standard Room with Double Bed
Entah apa yang terjadi malam itu, tetapi kami berdua sangat capek dan akhirnya gak sempat mengambil foto ruangan sebelum diobrak abrik, jadi foto ini sumbernya berasal dari website Suly Resort sendiri. Lalu kami makan nasi bungkus Bu Andika, mandi air hangat dan akhirnya tewas kecapek'an. Besok pagi kami bangun dengan badan yang sudah fresh dan ingin segera memanfaatkan fasilitas hotel semaksimal mungkin. Saat diantar oleh bell boy semalam, mas nya bercerita, kalau tiap pagi dan sore ada kelas yoga, maka seketika saya tertarik dan segera mencari informasi dengan telepon resepsionis. Ternyata kelas yoga yang dimaksud ada 2 macam itu adalah kelas yoga pagi yang diadakan mulai dari jam 07.00-09.00 (Yoga meditasi), bayar sebesar Rp 100.000,- dan harus reservasi dulu sehari sebelumnya, sedangkan kelas yoga yang satunya adalah kelas yoga sore dari jam 16.00 - 17.00 dan free, yah pada akhirnya gak bisa ikut keduanya, padahal dah ngebet banget. Ya udah gak papa, hayuk sarapan aja trus renang lalu nanti siang ambill free massagenya, iyah fasilitas free yang diperoleh harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, hehe (ra gelem rugi)
Ini adalah view kolam renang, bagian paling belakang resort diambil dari kamar kami
Langsung kami menuju restoran untuk breakfast. Breakfast yang disediakan oleh resort ini termasuk cukup lengkap, mulai dari meja tempat juice (semangka, jeruk dan air putih), meja buah-buahan (buah potong semangka, melon dan pepaya, plain dan strawberry yoghurt, muesli), meja makanan utama (mie goreng, nasi bumbu bawang, telur dengan mushroom, tumis aneka sayuran, kentang dengan seasoning), meja omelette (ada mbak-mbak yang membuat omelette, ham dan sosis yang terbuat dari daging babi), meja roti-rotian (teh, kopi, susu, roti tawar dan gandum, toaster, pancake, french toast isi keju, croissant, selai strawberri, nanas dan butter). Dengan jumlah dan jenis sarapan yang sebanyak itu, tentunya kalah jauh yah dengan homestay yang ada di Nusa Lembongan, hehe..Hati-hati diingatkan untuk pengunjung muslim ya, kalau mau pesen omelette, karena jika tidak ada request khusus maka akan dibuatkan omelette dicampur dengan ham. Saya sendiri sarapan cukup lengkap dan nyobain hampir semua menu, sampai perut penuh. Wah gini ini loh, efek buruk liburan, pola makan jadi brutal, hehe..Jadi saat kami sarapan di restoran ini, kami mengamati bahwa tamu kali itu cukup banyak dan beragam, mulai dari wisatawan lokal dan juga mancanegara. Resort ini juga menawarkan paket khusus makan malam di hari-hari tertentu, semisal karena malam itu bertepatan dengan malam minggu, ada paket khusus buffet dengan harga Rp 125.000,- per pax, pengunjung akan dimanjakan dengan tarian dan gamelan tradisional Bali. Restoran ini memiliki view yang keren di tepi sawah persis (typical pemandangan di Ubud) dan di depannya persis ada panggung untuk pertunjutan tari Bali di saat-saat tertentu, serta ada kolam ikan berhiaskan bunga teratai.
Menu sarapan yang tersedia (menu utama)
View dari restoran tempat sarapan
Breakfast dan restoran sudah saya ulas, sekarang saatnya mencoba menikmati kolam renang. jadi, kolam renang hotel ini ada 2, ada satu yang terletak tepat di belakang restoran, dan yang satunya lagi lebih besar, terletak di bagian paling belakang resort, di belakang bangunan modern tepatnya, berbatasan dengan sawah. Kami hanya mencoba kolam renang yang terletak di bagian belakang. Kolam renangnya cukup enak dibuat berenang karena agak luas dan kedalamannya juga pas, walau gak sampai 2 meter. Sebelum berenang, kami boleh meminjam handuk yang disediakan di bangunan di dekat kolam renang. Saat kami mulai berenang, cuaca memang sudah sangat mendung dan sebentar lagi sepertinya hujan, akhirnya hujan juga saat kami berdua udah nyebur ke kolam, tetapi kan nanggung yah, akhirnya berenang dengan hujan-hujan. Awalnya saat kami baru datang, beberapa bule duduk santai dengan bikini di kursinya masing-masing, tetapi begitu hujan mereka akhirnya menepi di gazebo yang terdapat di tepi kolam renang, jadilah kolam renang itu milik kami sendiri, yay!
Keren kan pemandangan tepi sawahnya
Suasana mendung dan hujan gerimis saat itu tidak menyurutkan semangat kami untuk berenang, jadi kami menghabiskan waktu sekitar satu jam waktu itu untuk berenang. Sekitar pukul 10.00 WITA, kami segera beranjak ke kamar, pacar balik ke kamar, saya memutuskan untuk menanyakan mengenai fasilitas free massage yang diperoleh saat kami check-in kemarin. Fasilitas free massage yang diperoleh memang tidak lama, hanya 15 menit per orang dan saat saya tanyakan ke bagian khusus yang melayani massage dan spa, ternyata dari free massage itu yang diperoleh adalah berupa dry massage, pijat tanpa minyak ataupun krim dan hanya di sekitar punggung. Saat saya mencoba menanyakan dan ingin memanfaatkan gratisan saat itu juga, ternyata sudah ada waiting list untuk fasilitas massage, jadi acara massage-nya ditunda dulu, dan menurut resepsionisnya, nanti akan dihubungi jika ada slot kosong, tidak lupa juga saya bilang, kalau nanti sekitar jam 12 saya sudah punya rencana untuk check-out. Lalu saya kembali ke kamar, dan baru merebahkan diri di kasur sekitar 10 menit, ada telepon dari resepsionis massage and spa, bertanya apakah saya bisa turun ke bawah untuk menikmati fasilitas free massage. Ya sudah, saat itu pula saya langsung turun dan menikmati fasilitas free massage.
Fasilitas free massage yang diberikan memang sangat singkat, saya gak sempat menghitung, berapa lama saya dipijat waktu itu, hanya daerah punggung dan tanpa minyak sedikitpun, namun cukup membuat saya sangat relax. Sempat mengobrol dengan pemijatnya yang ternyata wanita yang masih muda walau sudah berkeluarga, mbak ini menceritakan bahwa dia dulu adalah pemijat yang memiliki pengalaman bekerja di negara Timur Tengah, akhirnya harus kembali lagi ke Indonesia karena akan membina keluarga. Dia bercerita pula mengenai tarif di resort ini yang sebenarnya amat murah dengan berbagai fasilitas dan service yang sangat memuaskan, saya juga setuju dengan pendapatnya, ah pokoknya harus stay lebih lama lah di resort ini. Dia menawarkan untuk melakukan full body massage selama 50 menit dengan charge sekitar Rp 125.000,- kalau gak salah, wah sayangnya saya harus menolak, karena dalam waktu satu jam lagi, saya dan pacar harus checkout dan melanjutkan perjalanan. Baiklah sesi merelaxkan tubuh sudah selesai, mari kita lanjutkan dengan mandi dan packing, biar checkoutnya tepat waktu.
Packing sudah selesai, lalu checkout dan selanjutnya kami merencanakan untuk makan siang di Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku. Makanan ini saya dapatkan rekomendasinya, dari dunia maya, ya memang saya mudah sekali tertarik oleh suatu tempat, kuliner ataupun suatu atraksi wisata dengan sumber rekomendasi dari dunia maya, entah media sosial, blog ataupun suatu artikel. Mencari warung Nasi Ayam ini tidak terlalu sulit, setelah sebelumnya kami mengikuti GPS dan melewati jalan-jalan utama Ubud dengan berbagai art shop, galery, cafe, museum seni dan monkey forest yang menarik hati. Sempat mempertimbangkan untuk mampir ke monkey forest, namun sepertinya terlalu ramai jadi kami lewatkan, mungkin bisa menjadi salah satu agenda selanjutnya untuk mengunjungi tempat ini, nongkrong di berbagai coffee shop yang konsepnya menarik, mengunjungi Museum Antonio Blanco yang tersohor itu, yah harus merencanakan stay di Ubud lebih lama. Okey balik ke wisata kuliner Nasi Ayam Kedewatan, saya sendiri kurang tahu kenapa namanya Nasi Ayam Kedewatan, mungkin karena terletak di Jalan Kedewatan yah, Nasi Ayam ini terletak di depan suatu pura. Banyak pengunjung pura yang mungkin juga penduduk lokal menyempatkan diri mampir ke rumah makan ini untuk makan siang bersama keluarga. Nasi ayam ini berupa nasi bali dengan lawar, bumbu khas bali, sate lilit, kacang goreng dan ayam suwir pedas yang rasanya menurut saya tidak seberapa pedas. Menunya ya hanya ada nasi ayam itu, dengan dua alternatif penyajian, campur atau pisah, menu minumannya yang ada beberapa alternatif, kami memesan nasi ayam campur 2 porsi dan es teh 2 gelas (minuman paling wajar dan dapat diterima), habisnya adalah Rp 53.000,-, rasa nasi ayamnya enak, bumbunya kerasa dan jauh lebih enak daripada makan penyetan di Kuta yang harganya lebih mahal (Huh,,masih KZL).
Fasilitas free massage yang diberikan memang sangat singkat, saya gak sempat menghitung, berapa lama saya dipijat waktu itu, hanya daerah punggung dan tanpa minyak sedikitpun, namun cukup membuat saya sangat relax. Sempat mengobrol dengan pemijatnya yang ternyata wanita yang masih muda walau sudah berkeluarga, mbak ini menceritakan bahwa dia dulu adalah pemijat yang memiliki pengalaman bekerja di negara Timur Tengah, akhirnya harus kembali lagi ke Indonesia karena akan membina keluarga. Dia bercerita pula mengenai tarif di resort ini yang sebenarnya amat murah dengan berbagai fasilitas dan service yang sangat memuaskan, saya juga setuju dengan pendapatnya, ah pokoknya harus stay lebih lama lah di resort ini. Dia menawarkan untuk melakukan full body massage selama 50 menit dengan charge sekitar Rp 125.000,- kalau gak salah, wah sayangnya saya harus menolak, karena dalam waktu satu jam lagi, saya dan pacar harus checkout dan melanjutkan perjalanan. Baiklah sesi merelaxkan tubuh sudah selesai, mari kita lanjutkan dengan mandi dan packing, biar checkoutnya tepat waktu.
Packing sudah selesai, lalu checkout dan selanjutnya kami merencanakan untuk makan siang di Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku. Makanan ini saya dapatkan rekomendasinya, dari dunia maya, ya memang saya mudah sekali tertarik oleh suatu tempat, kuliner ataupun suatu atraksi wisata dengan sumber rekomendasi dari dunia maya, entah media sosial, blog ataupun suatu artikel. Mencari warung Nasi Ayam ini tidak terlalu sulit, setelah sebelumnya kami mengikuti GPS dan melewati jalan-jalan utama Ubud dengan berbagai art shop, galery, cafe, museum seni dan monkey forest yang menarik hati. Sempat mempertimbangkan untuk mampir ke monkey forest, namun sepertinya terlalu ramai jadi kami lewatkan, mungkin bisa menjadi salah satu agenda selanjutnya untuk mengunjungi tempat ini, nongkrong di berbagai coffee shop yang konsepnya menarik, mengunjungi Museum Antonio Blanco yang tersohor itu, yah harus merencanakan stay di Ubud lebih lama. Okey balik ke wisata kuliner Nasi Ayam Kedewatan, saya sendiri kurang tahu kenapa namanya Nasi Ayam Kedewatan, mungkin karena terletak di Jalan Kedewatan yah, Nasi Ayam ini terletak di depan suatu pura. Banyak pengunjung pura yang mungkin juga penduduk lokal menyempatkan diri mampir ke rumah makan ini untuk makan siang bersama keluarga. Nasi ayam ini berupa nasi bali dengan lawar, bumbu khas bali, sate lilit, kacang goreng dan ayam suwir pedas yang rasanya menurut saya tidak seberapa pedas. Menunya ya hanya ada nasi ayam itu, dengan dua alternatif penyajian, campur atau pisah, menu minumannya yang ada beberapa alternatif, kami memesan nasi ayam campur 2 porsi dan es teh 2 gelas (minuman paling wajar dan dapat diterima), habisnya adalah Rp 53.000,-, rasa nasi ayamnya enak, bumbunya kerasa dan jauh lebih enak daripada makan penyetan di Kuta yang harganya lebih mahal (Huh,,masih KZL).
Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku bikin air liur menetes,,
Makan siang sudah, lalu ngapain, sementara jam sudah menunjukkan pukul 12.30, mau pergi yang jauh-jauh juga gak akan sempat, sementara harus balik ke Denpasar, paling lambat sampai jam 16.00, karena kita mengejar bus DAMRI yang berangkat jam 17.00 WITA. Akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi Tegalalang, ituloh rice field yang terkenal, karena bentuknya terasering dan warnanya menghijau. Dari Kedewatan, kami tidak melewati Ubud kota lagi, kami lewat pedesaan dimana terdapat beberapa bule yang berwisata dengan sepeda, mungkin menjadi salah satu jalur juga tempat syuting film Eat, Pray and Love ya, akhirnya sampai di Tegalalang, yang menurut kami...biasa, hehe..memang sih pemandangannya indah, tetapi pemandangan sawah bertingkat menghijau yang sangat bisa dijual ke wisatawan mancanegara macam ini banyak terdapat di desa-desa kami di Pulau Jawa, hehe..Hanya mungkin ini menjadi luar biasa, karena dipertontonkan kepada wisatawan mancanegara yang di negara mereka tidak ada sawah menghijau, walaupun ada pula beberapa wisataman lokal yang antusias mengambil foto di tempat itu. Yang mungkin menjadi kurang menarik bagi kami di Tegalalang ini adalah, karena kondisi sawahnya habis dipanen beberapa waktu sebelumnya, jadi tidak menghijau dengan indah seperti gambar-gambar yang ada di internet, mungkin akan lebih bagus jika kami berkunjung 2 bulan lagi. Di Tegalalang ini banyak cafe dan restoran yang memang menjual view langsung ke area persawahan, namun jika tidak ingin mampir untuk sekedar nongkrong dan makan di cafe yang ada, boleh kok cuman mapir dan foto seperti kami.
Pemandangan khas Tegalalang rice field yang sangat terkenal
Setelah mengunjungi Tegalalang, kami segera menuju Denpasar demi mengejar jadwal bus dan juga menghindari hujan yang sudah sempat turun saat kami di Tegalalang tadi. Saat menuju Ubud dari Tegalalang, kami melewati sebuah jalan yang penuh dengan toko-toko kerajinan ternyata itu adalah Jalan Raya Andong, kami baru tahu juga kalau jalanan ini penuh sekali dengan berbagai art shop yang barang-barangnya amat sangat menarik. Barang-barang yang dijual itu seperti perabotan yang digunakan sebagai interior untuk cafe-cafe, baik yang sedang ngetrend di Bali maupun yang sedang ngetrend di berbagai kota besar lainnya. Ada toko yang menjual barang-barang bergaya vintage, futuristik, tradisional, dari rotan, dari kayu, hasil recycle kapal bekas, ah banyak deh dan bikin ngiler, bikin pengen belanja banyak kalau udah punya rumah (mimpi yang harus terwujud!). Sayangnya memang kami gak sempat untuk berhenti dan survey harga, karena ya itu tadi kami mengejar waktu agar sampai Denpasar tepat waktu, dan ada rencana untuk mampir ke Sukowati sebenarnya.
Ternyata rencana mampir ke Pasar Seni Sukowati juga gak terlaksana, karena niat mau membeli bed cover dibatalkan, disebabkan malas membawa barang bawaan yang terlalu banyak, akhirnya perjalanan dilanjutkan terus hingga Denpasar. Kami sampai di Denpasar tepatnya di Jalan Teuku Umar saat waktu masih menunjukkan pukul 16.00 WITA, dan tiba-tiba terfikirkan untuk mampir ke toko oleh-oleh yang terkenal yaitu Krisna, terletak tidak jauh dari Jalan Teuku Umar, kondisinya saat itu sangat ramai, dan memang tidak pernah Krisna ini kondisinya sepi apalagi saat itu tepat dengan masa liburan tahun baru. Di Krisna kami cuma membeli sedikit barang, celana pantai, baju bambu Bali, pie dan kacang, dan memang tidak mau berbelanja berlebih yang tidak perlu. Waktu sudah mendekati jam 4 sore, tidak ada waktu tersisa lagi, mau gak mau kami harus segera meluncur ke kantor Damri. Sebelum sampai kantor Perum Damri, kami yang sebelumnya telah janjian dengan Bli Komang yang kemarin telah memberikan kami motor untuk disewakan bertemu beberapa ratus meter sebelum sampai kantor Damri, tepat saat itu hujan deras turun dan kami langsung berteduh di Kantor Damri. Sebelum Bli Komang beranjak, untuk pamit dia berpesan kepada kami untuk membantu dia mempromosikan kepada siapapun yang akan berkunjung ke Bali dan berniat menyewa motor, siap Bli!
Tidak berapa lama, bis yang hendak kami naiki untuk kembali pulang ke Jawa sudah siap untuk berangkat dan kamipin naik bus itu, ada beberapa cerita yang akan saya sampaikan selanjutnya mengenai berbagai transportasi dan akomodasi yang sudah kami gunakan selama liburan singkat ini, di halaman yang lain ya..Thanx
Komentar
Posting Komentar