Catatan Perjalanan Ke Timur : FLORES (Bagian I)
Saya tiba di Labuan Bajo, sore itu Kamis 28 Mei 2015 sekitar jam 16.00 WITA, kelelahan setelah menempuh perjalanan darat dari Surabaya ke Denpasar lalu perjalanan udara Denpasar ke Labuan Bajo langsung terbayarkan begitu saya menjejak bandar udara kota impian yang sudah terbayangkan sejak dua tahun belakangan. Menghirup udara sehabis hujan saja sudah menyenangkan apalagi di Kota yang namanya eksotis, Labuan Bajo, saya tak berhenti tersenyum selebar-lebarnya dan bahagia :D.
Muka-muka kesenengan, mendarat di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo
Perjalanan menuju timur saya lakukan bersama teman seperjalanan, cewek, Nadya namanya dari Terminal Bungurasih Surabaya hari Rabu 27 Mei 2015, naik bus DAMRI jurusan Denpasar dengan tiket seharga Rp 170.000,- setelah menawar dari harga Rp 190.000,- ke calo yang beroperasi di atas bus. Hati-hati kawan, gaya dan rupa calo-calo ini seperti agen resmi, bahkan awak bus DAMRI yang berseragam pun tak berkutik dibuatnya, padahal harga asli yang dipegang oleh awak bus bisa sampai Rp 120.000,- per penumpang. Tetapi ya sudahlah, mari kita berangkat menyusuri jalan darat dan laut ke Denpasar. Bus berangkat tepat jam 21.30 WIB, saat kami terlelap di dalam bus dan waktu di jam tangan menunjukkan pukul 23.00 WIB, kami sampai di Situbondo lalu dibangunkan untuk makan malam, setelah itu dilanjutkan hingga sampai di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi pada jam 04.00 WIB hari Kamis, 28 Mei 2015, naik kapal dan menyeberang ke Pulau Bali. Sampai di Pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk), jam 05.30 WITA (hoey zona waktu sudah berganti, senang!), siapkan KTP yang berlaku kawan, untuk pemeriksaan identitas. Sempat terjadi masalah di pemeriksaan identitas karena Nadya tidak membawa KTP ataupun fotokopinya, namun hanya membawa pasport yang sayangnya menurut petugas Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) di situ yang memeriksa tidak bisa digunakan untuk menunjukkan tanda identitas seseorang (tapi kok di bandara bisa dipakai pak untuk check in??), setelah mendengarkan wejangan dan kami beri senyum manis, kami diloloskan tanpa "imbalan" sepeserpun, Puji Tuhan!! Pesan moralnya adalah, jangan sampai lupa membawa identitas berupa KTP ataupun fotocopyannya ataupun surat keterangan apapun dari Desa.
Melanjutkan perjalanan darat dari Gilimanuk ke Denpasar sampai jam 10.30, kami dilewatkan Terminal Mengwi, namun ada negoisasi antara sopir bus DAMRI dengan petugas Bandara yang mengakibatkan kami dapat diturunkan di Denpasar (Jalan Diponegoro) dengan menambah membayar ke kondektur bus sebesar Rp 15.000,- per orang. Karena kami hendak menuju airport dan menghindari kerumunan calo di Terminal Ubung yang juga menyiksa, maka kami memilih diturunkan di Jalan Diponegoro Denpasar di depan Supermarket Tiara Dewata, dari situ mengambil taksi ke arah Airport (Blue Bird atau Bali Taxi selalu tersedia), bisa memilih dengan atau tanpa argo dengan kisaran biaya Rp 100.000,-, memakan waktu hanya sekitar 30 menit kemudian dengan taksi tanpa dihadang macet, kami melewati tol atas laut dan sudah sampai di Bandara International Ngurah Rai jam 11.00 WITA.
Sesampai di airport, kami memang belum bisa check in karena jadwal pesawat adalah jam 14.00, jadi kami menghabiskan waktu sekitar 1.5 jam untuk makan siang dan minum kopi di restoran paling murah di area transit yaitu Warung Nasi Pedas Warisan (Makan siang Rp. 30.000,-, air mineral botolan Rp 10.000 dan kopi Rp 15.000), kenyang dan batrei handphone terisi penuh, dilanjutkan memasukkan bagasi karena saya sendiri sudah melakukan web check in sebelumnya di situs Air Asia yang cepat dan praktis, bisa pilih seat tempat duduk pula. Flight kami dari jam 14.00 dan akhirnya jam 15.20 WIB kami sudah mendarat di kota yang saya impikan : Labuan Bajo.
Airport Komodo di Labuan Bajo bangunannya sangat baru dan sepi, tidak ada konter makanan, hanya ada penjual snack. Setelah antri mengambil bagasi, kami lalu cari ojek yang katanya tarifnya Rp 10.000,- per ojek, namun kami mendapat tawaran lebih menggiurkan, yaitu memakai mobil yang hanya membayar Rp 30.000,- per mobil (untuk 2 orang), ah tidak beda jauh bukan, lebih nyaman pula, maka kami menggunakan mobil ini, yang sopir-sopirnya banyak mangkal di depan bandara jika kalian mau berjalan sedikit ke depan pintu masuk bandara. dengan naik mobil lalu kita langsung diturunkan di jalanan utama labuan Bajo, yaitu jalan Soekarno Hatta untuk selanjutnya mencari penginapan secara go show. Karena mungkin sudah lelah tanpa survey lebih banyak hotel dan hanya melihat 2 tempat, kami langsung memantapkan hati untuk menginap di Hotel Matahari, walaupun sebenarnya kalau dari segi harga agak mahal (Rp 200.000,- per malam per kamar untuk 2 orang), padahal ada yang lebih murah dari itu. Keungulan yang ditawarkan oleh hotel ini hanya view yang menawan langsung menghadap ke laut, shower yang lumayan kencang dan sarapan berupa pancake yang tidak sempat kami nikmati, selebihnya yang lain biasa saja. Oke tidak apa-apa untuk malam ini, selanjutnya kita bisa survey hotel yang lain lagi, mari kita menaruh carier, mandi, bebersih dan dilanjut dengan mencari makan sekaligus paket tur ke Pulau Komodo untuk keesokan harinya.
Airport Komodo di Labuan Bajo bangunannya sangat baru dan sepi, tidak ada konter makanan, hanya ada penjual snack. Setelah antri mengambil bagasi, kami lalu cari ojek yang katanya tarifnya Rp 10.000,- per ojek, namun kami mendapat tawaran lebih menggiurkan, yaitu memakai mobil yang hanya membayar Rp 30.000,- per mobil (untuk 2 orang), ah tidak beda jauh bukan, lebih nyaman pula, maka kami menggunakan mobil ini, yang sopir-sopirnya banyak mangkal di depan bandara jika kalian mau berjalan sedikit ke depan pintu masuk bandara. dengan naik mobil lalu kita langsung diturunkan di jalanan utama labuan Bajo, yaitu jalan Soekarno Hatta untuk selanjutnya mencari penginapan secara go show. Karena mungkin sudah lelah tanpa survey lebih banyak hotel dan hanya melihat 2 tempat, kami langsung memantapkan hati untuk menginap di Hotel Matahari, walaupun sebenarnya kalau dari segi harga agak mahal (Rp 200.000,- per malam per kamar untuk 2 orang), padahal ada yang lebih murah dari itu. Keungulan yang ditawarkan oleh hotel ini hanya view yang menawan langsung menghadap ke laut, shower yang lumayan kencang dan sarapan berupa pancake yang tidak sempat kami nikmati, selebihnya yang lain biasa saja. Oke tidak apa-apa untuk malam ini, selanjutnya kita bisa survey hotel yang lain lagi, mari kita menaruh carier, mandi, bebersih dan dilanjut dengan mencari makan sekaligus paket tur ke Pulau Komodo untuk keesokan harinya.
Saat menyusuri jalanan utama Labuan Bajo yaitu jalan Soekarno Hatta yang dari ujung ke ujungnya cukup ditempuh dengan jalan kaki sekitar 30 menit, kami menemukan tempat makan yang cukup menarik dengan harga ya yang masih bisa ditoleransi, yaitu "Warung MAMA", yang menawarkan paket hemat lauk ikan komplit dengan 2 macam sayuran serta bisa memilih antara menu dengan nasi kuning atau nasi putih, harganya cukup Rp 20.000,- saja, tetapi sore itu karena masakan ikan yang biasanya untuk paketan hemat tersebut habis, maka kami diberi ikan dengan ukuran yang lebih besar dengan menambah Rp 5.000,- saja, sudah termasuk gratis air putih segelas gedhe (gak perlu pesan minum) okelah..cincai, haucek lagi, hehe..
Setelah perut kenyang terisi, maka kami lanjutkan untuk mencari paketan tour ke Komodo dan Rinca, spesifikasi awal yang kami cari adalah paketan menginap di atas kapal (Live On Board) Selama 2 hari 1 malam dan berkeliling ke Pulau Komodo (Untuk Trekking melihat Komodo dan sekaligus ke Pink Beach), Pulau Rinca, Pulau Kanawa, Manta Point, Pulau Kalong, semua paket tersebut termasuk biaya makan dan tidak termasuk biaya masuk ke Taman Nasional, range harga yang kami harapkan adalah sekitar Rp 500.000,- hingga maksimal Rp 600.000,-. Beberapa travel agent yang berjualan di sekitar Jalan Soekarno Hatta di Labuan Bajo kami datangi, tetapi rata-rata menawarkan harga paling murah Rp 750.000,- per orang untuk paketan tersebut dan paling mahal bisa mencapai Rp 1.200.000,-. Harga yang hampir membuat hopeless dan mengiyakan saja harga yang ditawarkan tersebut, sampai di suatu travel agent kami bertemu dengan seorang pejalan juga, Gaga namanya berasal dari Bandung dan jalan sendirian, dia bercerita bahwa dia sudah baru saja pulang dari Komodo-Rinca sore itu dan sedang mencari paketan tour untuk ke Waerebo, tetapi harga yang ditawarkan oleh beberapa tour terlampau mahal hingga mencapai nilai Rp 1.000.000,- lebih. Gaga memberitahu kami, mengenai informasi paket tour ke Pulau Komodo jika lebih baik untuk menghubungi kapten kapal yang bersangkutan langsung agar mendapatkan harga yang lebih murah hingga di bawah Rp 500.000,-, tetapi sebenarnya kami belum berani mengambil opsi itu karena belum tau resikonya seperti apa, eh malah kami diajak dan tertarik untuk jalan ke Waerebo terlebih dahulu..aha! kejutan yang tidak diduga, tapi untuk jalan ke Waerebo tentunya biayanya sangat mahal kalau mengambil paket tour tersebut. Ah daripada pusing..mending kita bertemu dengan dua teman Gaga yang lain saat di LOB yaitu dua pejalan dari Inggris, Barry dan Cameroon, dibawa makan malam trus minum beer, eh obrolan kita berlima malah mengarah ke sewa mobil bersawa dan menyusuri dulu pulau Flores bagian timur dari Waerebo, Ruteng, Bena sampai ke Ende.
Jadi cerita singkatnya kami berlima akan menyewa mobil APV dari Pak Anthonie (yang secara tidak sengaja kita temui di jalanan Labuan Bajo dan sedang mangkal untuk cari penumpang), harga sewa mobil adalah RP 600.000,- per hari sudah termasuk biaya bensin dan sopir (jangan coba-coba untuk bawa mobil di Flores sendirian jika tidak berpengalaman), harga ini berlaku selama 2 hari, dan Rp. 7000.000,- per hari untuk 2 hari selanjutnya, karena jarak tempuh dari Labuan Bajo yang semakin jauh dan membutuhkan uang bensin lebih banyak. Biaya tambahan untuk sewa mobil hanyalah biaya makan untuk Bapak Anthonie, dan juga rokok jika sopirnya merokok, rencananya memang mobil ini akan kami sewa selama 4 hari untuk mengunjungi Waerebo, Spyder Rice Field di Cancar, Bena, Liang Bua dan Kelimutu. Sayangnya Gaga hanya bisa bergabung sampai Waerebo karena dia harus kembali di Labuan Bajo di Sabtu sore demi mengejar flight kembali ke Bandung untuk pekerjaan pertamanya, jadi biaya sewa mobil 1 hari pertama kami bagi 5 orang dan 3 hari kemudian kami bagi ber-empat. Toss dan Cheers lima gelas besar beer Bintang di Cafe Tree Top malam itu menandai petualangan kita selanjutnya..Keep It Up!! baca juga : Catatan Perjalanan Ke Timur : Flores (Bagian II)
Rincian Budget yang dikeluarkan hari Rabu, 27 Mei 2015 dan Kamis 28 Mei 2015
Bus Surabaya - Denpasar Rp. 170.000,- per orang (Bus DAMRI)
Biaya tambahan Terminal Mengwi-Denpasar Rp. 15.000,- per orang (bayar ke kernet)
Taksi Denpasar - Airport Rp. 105.000,- untuk 2 orang (Bali Taxi dengan argo)
Makan siang di Airport Rp. 30.000,- per orang
Tiket Pesawat Denpasar - Labuan Bajo Rp. 875.000,- per orang(Wings Air)
Mobil Airport - Kota Labuan Bajo (Jl Soekarno Hatta) Rp. 30.000,- untuk 2 orang atau lebih (banyak di depan pintu airport)
Hotel di Labuan Bajo (Hotel Matahari) Rp. 200.000,- per kamar, per malam untuk 2 orang
Makan sore di Warung Mama Rp. 25.000,- per porsi (paketan)
Biaya bersenang-senang (beer di cafe) up to you :)
Total biaya per orang untuk 2 hari dari Surabaya sampai Labuan Bajo adalah Rp. 1.282.500 (belum termasuk biaya bersenang-senang yah ;))
Menu Makan Siang di Warung MAMA
Setelah perut kenyang terisi, maka kami lanjutkan untuk mencari paketan tour ke Komodo dan Rinca, spesifikasi awal yang kami cari adalah paketan menginap di atas kapal (Live On Board) Selama 2 hari 1 malam dan berkeliling ke Pulau Komodo (Untuk Trekking melihat Komodo dan sekaligus ke Pink Beach), Pulau Rinca, Pulau Kanawa, Manta Point, Pulau Kalong, semua paket tersebut termasuk biaya makan dan tidak termasuk biaya masuk ke Taman Nasional, range harga yang kami harapkan adalah sekitar Rp 500.000,- hingga maksimal Rp 600.000,-. Beberapa travel agent yang berjualan di sekitar Jalan Soekarno Hatta di Labuan Bajo kami datangi, tetapi rata-rata menawarkan harga paling murah Rp 750.000,- per orang untuk paketan tersebut dan paling mahal bisa mencapai Rp 1.200.000,-. Harga yang hampir membuat hopeless dan mengiyakan saja harga yang ditawarkan tersebut, sampai di suatu travel agent kami bertemu dengan seorang pejalan juga, Gaga namanya berasal dari Bandung dan jalan sendirian, dia bercerita bahwa dia sudah baru saja pulang dari Komodo-Rinca sore itu dan sedang mencari paketan tour untuk ke Waerebo, tetapi harga yang ditawarkan oleh beberapa tour terlampau mahal hingga mencapai nilai Rp 1.000.000,- lebih. Gaga memberitahu kami, mengenai informasi paket tour ke Pulau Komodo jika lebih baik untuk menghubungi kapten kapal yang bersangkutan langsung agar mendapatkan harga yang lebih murah hingga di bawah Rp 500.000,-, tetapi sebenarnya kami belum berani mengambil opsi itu karena belum tau resikonya seperti apa, eh malah kami diajak dan tertarik untuk jalan ke Waerebo terlebih dahulu..aha! kejutan yang tidak diduga, tapi untuk jalan ke Waerebo tentunya biayanya sangat mahal kalau mengambil paket tour tersebut. Ah daripada pusing..mending kita bertemu dengan dua teman Gaga yang lain saat di LOB yaitu dua pejalan dari Inggris, Barry dan Cameroon, dibawa makan malam trus minum beer, eh obrolan kita berlima malah mengarah ke sewa mobil bersawa dan menyusuri dulu pulau Flores bagian timur dari Waerebo, Ruteng, Bena sampai ke Ende.
Jadi cerita singkatnya kami berlima akan menyewa mobil APV dari Pak Anthonie (yang secara tidak sengaja kita temui di jalanan Labuan Bajo dan sedang mangkal untuk cari penumpang), harga sewa mobil adalah RP 600.000,- per hari sudah termasuk biaya bensin dan sopir (jangan coba-coba untuk bawa mobil di Flores sendirian jika tidak berpengalaman), harga ini berlaku selama 2 hari, dan Rp. 7000.000,- per hari untuk 2 hari selanjutnya, karena jarak tempuh dari Labuan Bajo yang semakin jauh dan membutuhkan uang bensin lebih banyak. Biaya tambahan untuk sewa mobil hanyalah biaya makan untuk Bapak Anthonie, dan juga rokok jika sopirnya merokok, rencananya memang mobil ini akan kami sewa selama 4 hari untuk mengunjungi Waerebo, Spyder Rice Field di Cancar, Bena, Liang Bua dan Kelimutu. Sayangnya Gaga hanya bisa bergabung sampai Waerebo karena dia harus kembali di Labuan Bajo di Sabtu sore demi mengejar flight kembali ke Bandung untuk pekerjaan pertamanya, jadi biaya sewa mobil 1 hari pertama kami bagi 5 orang dan 3 hari kemudian kami bagi ber-empat. Toss dan Cheers lima gelas besar beer Bintang di Cafe Tree Top malam itu menandai petualangan kita selanjutnya..Keep It Up!! baca juga : Catatan Perjalanan Ke Timur : Flores (Bagian II)
We Are Team !! (dari kiri ke kanan : Barry, Cameroon, saya, Nadya dan Gaga)
Rincian Budget yang dikeluarkan hari Rabu, 27 Mei 2015 dan Kamis 28 Mei 2015
Bus Surabaya - Denpasar Rp. 170.000,- per orang (Bus DAMRI)
Biaya tambahan Terminal Mengwi-Denpasar Rp. 15.000,- per orang (bayar ke kernet)
Taksi Denpasar - Airport Rp. 105.000,- untuk 2 orang (Bali Taxi dengan argo)
Makan siang di Airport Rp. 30.000,- per orang
Tiket Pesawat Denpasar - Labuan Bajo Rp. 875.000,- per orang(Wings Air)
Mobil Airport - Kota Labuan Bajo (Jl Soekarno Hatta) Rp. 30.000,- untuk 2 orang atau lebih (banyak di depan pintu airport)
Hotel di Labuan Bajo (Hotel Matahari) Rp. 200.000,- per kamar, per malam untuk 2 orang
Makan sore di Warung Mama Rp. 25.000,- per porsi (paketan)
Biaya bersenang-senang (beer di cafe) up to you :)
Total biaya per orang untuk 2 hari dari Surabaya sampai Labuan Bajo adalah Rp. 1.282.500 (belum termasuk biaya bersenang-senang yah ;))
nice..terima kasih infonya
BalasHapusThanx for coming, tunggu info selengkapnya ya..
BalasHapusSalam Mba....
BalasHapusuntuk nomor telepon pak Anthonie apakah ada??saya berencana ke waerebo akhir bulan ini, tapi belum dapat info untuk mobil kesana... Terimakasih