|
Menikmati Sunset di Kuil Toji , Kyoto |
Saya emang hobinya nyasar sih, huehehe..bukan disengaja tetapi memang kalau sedang
travelling mode on jarang banget bisa nemu arah jalan yang bener saat berkeling-keliling, baik naik motor, naik angkutan umum ataupun jalan kaki. Selain buta arah dan kesusahan baca peta (padahal dulunya anak Mapala,,maluuu...) saya jarang punya data internet aktif saat sedang travelling ke luar negeri dan biasanya cuma nyambung internet pada saat sudah sampai hostel atau penginapan. Juga hobinya memang jalan tak tentu arah ke manapun, alasannya biar lebih eksplor dan dekat mengamati kehidupan penduduk setempat eh yang ada malah nyasar, tapi ya udahlah ya..bukanya sok mau menikmatin dan gak seru kalo gak nyasar, tetapi memang kebiasaan buruk ini susah banget dihilangkan. Jadi jika sudah diniatin jalan-jalan keliling sendirian, harus bener-bener nyiapin tenaga dan waktu lebih buat nyasar, karena bisa saja yang rencananya cuma jalan-jalan sekitar kompleks penginapan selama satu jam, eh bisa jadi dua atau tiga jam, kalau dah gitu ya wes,,berhenti dulu, beli camilan, duduk tenang dan mikir jernih baru cari jalan lagi..hehe.
|
Salah Satu Keuntungan Nyasar : Ketemu Toko Sayur Organik Lucu di Suatu Gang di Kyoto |
Pengalaman paling buruk saat nyasar ya kemarin itu waktu trip ke Jepang, bisa-bisanya saya ceroboh sendiri saat tengah malam buta di tengah musim dingin di suatu kota asing bawa tas carrier di belakang dan tas ransel di depan, lalu semua orang yang ditanya arah gak ada yang tahu bahasa inggris. HOROR...horor di sini bukan berarti saya jadi korban kejahatan atau yang lain ya (amit2 jangan sampai), tetapi horornya adalah gimana kalau saya gak punya tempat berteduh di tengah musim dingin yang suhunya menggigit saat itu.
|
Di Suatu Taman Bermain saat berkeliling di Daerah Higashichaya Old Town, Kanazawa |
Begini ceritanya..jadi seharian itu sungguh perjalanan saya amat menakjubkan, beratus-ratus kilometer jauh ke arah timur Tokyo, Ueda tepatnya di prefektur Nagano saya memulai perjalanan hari itu ke Kanazawa karena keinginan impulsif saya dan teman ingin melihat salju lebih banyak. Jarak Ueda ke Kanazawa ini sekitar 300 km dan hari itu juga rencananya saya harus balik ke Tokyo lagi untuk meneruskan perjalanan ke Kyoto di bagian selatan, ah ribet lah pokoknya. Jadi rutenya Ueda - Kanazawa - Ueda -Tokyo -Kyoto, entah berapa ratus kilometer yang saya tempuh hari itu, tetapi karena ada Shinkansen semuanya jadi mudah dan cepat, namun tetap saja saya sampai di Kyoto hampir tengah malam sekitar pukul 23.00 waktu Jepang. Seperti hari lain saat travelling, saya gak pernah punya koneksi internet hingga sampai hotel maka saya selalu melakukan ritual ini sebelum sampai pertama kali di suatu kota asing. Mencari alamat dan petunjuk arah penginapan secara detail,
screenshoot petanya lalu simpan di HP sehingga saat sampai di kota itu saya langsung punya tempat berteduh dan merasa aman tanpa harus kebingungan cari alamat.
|
Bangunan Berupa Gerbang Raksasa yang Ada di Stasiun Kereta Api Kanazawa |
Malam itu di stasiun Tokyo, sebelum berpisah dengan teman saya karena dia akan ke Haneda, saya minta sharing data internet untuk saya catat baik-baik di handphone alamat lengkap dari Hostel tempat saya tinggal di Kyoto yaitu Hostel Haruya beserta jalur kereta lokal yang harus saya tempuh dari stasiun Kyoto, nah di sinilah letak kecerobohan saya terjadi. Di Kyoto, yang namanya hostel Haruya ternyata ada empat, dan saya tinggal di salah satunya yaitu Hostel Haruya Terrace yang sebenarnya terletak tidak jauh dari stasiun Kyoto, tetapi saya malah mencatat alamat dan jalur kereta ke Hostel Haruya (tanpa Terrace) yang terletak agak jauh dari stasiun Tokyo dan membuat saya tersasar tengah malam di tengah musim dingin cryyyy:''( sedih banget rasanya ingat malam itu.
|
Ruang Duduk dan Juga Ruang Makan di Hostel Haruya Terrace |
Sebelum berpisah dengan teman saya, saya meminta dia yang amat fasih berbahasa Jepang untuk menelepon resepsionis hostel, mengabarkan bahwa saya akan tiba sekitar tengah malam karena saat itu pada jam 19.00 saya masih di Tokyo, sementara perjalanan ke Kyoto akan membutuhkan waktu minimal 2 jam, belum berganti kereta lokal dan mencari alamat (mengingat bakat alamiah nyasar saya), dan si resepsionis memaklumi, menyanggupi dan meninggalkan petunjuk khusus berupa kertas bertuliskan nama saya di depan pintu untuk membuka kunci rumah di hostel tempat saya tinggal, sistem kuncinya agak rumit, dengan kode-kode dan sistem tertentu yang tambah bikin saya sedih malam itu :"( cry lagi..
|
Sedang Menunggu Kereta Shinkansen Tujuan Shin-Osaka yang Membawa Saya Berkeliling dari Kanazawa sampai Kyoto |
Singkat cerita, saya tiba di stasiun Kyoto sekitar jam 23.00, dengan kepedean yang tersisa dan sedikit menguatkan diri saya segera menuju jalur-jalur kereta lokal yang ada di stasiun, menaiki dua kali kereta lokal dan akhirnya saya tiba di stasiun terakhir dekat dengan Hostel Haruya (tanpa Terrace), lalu saya ikuti jalan, sampailah saya di depan Hostel Haruya. Saat itu saya belum sadar, bahwa saya salah hostel, waktu sudah menunjukkan pukul 23.45 kalau gak salah, pokoknya gang di depan hostel sudah gelap gulita tetapi saya terus menguatkan diri dan merapal mantra "Tidak apa-apa, ini kan Jepang, tidak akan ada yang berniat jahat, semua akan aman terkendali sampai saya bisa masuk hostel". Saya taruh tas saya yang segeda gaban itu (16 kg diangkat di punggung dan 4 kg diangkat di bagian depan) lalu mulai berfikir jernih, di mana kertas petunjuk itu, tak mungkin si resepsionis lupa. ah saya cari ke pelosok2 pintu depan bangunan yang terkunci rapat. Tidak ada kertas apapun bertuliskan nama saya, ah saya kurang teliti mungkin, saya cari lagi sampai saya takut bila disebut pencuri, karena saat itu gang depan hostel benar-benar gelap.
|
Kyoto Saat Malam Hari, Jepang Jarang Memberikan Saya Perasaan Tidak Aman, Kecuali Malam Itu |
Agak putus asa, saya cari akal lain, saya ketok-ketok pintu dengan keras, tak ada respon, lagi saya ketok, tak ada reaksi dan saya pikir percuma karena pasti kedap suara hingga orang yang tinggal di dalamnya tak mendengar. Saya cari akal lagi, saya ke luar gang, ke jalan besar dan mencoba meminta pertolongan di minimarket, biasanya pasti ada jawaban di minimarket dan orang-orang di Jepang tak segan membantu, saya hanya ingin meminjam telepon lokal untuk menelepon resepsionis hotel, siapa tau masih terbangun, walaupun saya tahu harapan itu tipis. Sialnya saat saya masuk ke minimarket itu, ah elah...penjaganya kakek-kakek semua dua orang, saya coba komunikasi, mereka tidak mengerti sama sekali bahasa inggris dan di situ tidak ada koneksi internet gratis,,,huaaaa
cry lagi deh..putus asa saya. Keluar dari minimarket, saya masuk ke gang buat mencoba sekali lagi mencari kertas atau mengetuk pintu hostel itu, lalu saya menyerah dan keluar ke arah jalan raya lagi.
|
Pun Kalau Tersesat di Jalanan Sepi di Jepang, Saya Masih Tenang Ditemani Burung Dara yang Termenung |
Saya coba jalan dan menyeberang lalu saya melihat tanda M merah besar di pojokan, artinya ada McD di situ, wah saya langsung berharap semoga waralaba itu buka 24 jam dan paling gak saya bisa berteduh di sana malam itu dengan adanya koneksi internet. Saya datang ke sana dan mendapati bahwa McD nya tidak buka 24 jam saudara-saudara, hahahaha...Tuhan sedang bercanda dengan kecerobohan saya, ya sudah kalau tidak buka 24 jam saya memelas meminta koneksi internet saja sebentar saat itu untuk mencari sekali lagi apakah hostel itu benar adalah hostel yang saya booking, dan alamat saya berdiri saat ini sudah mendekati atau paling tidak saya bisa mencari arah yang benar, sungguh hampir putus asa saya malam itu. Koneksi internet dari McD waktu itu tidak diberikan, karena mereka sudah tutup tetapi saya akhirnya ketemu Dewi penolong saya waktu itu, dialah mbak-mbak pelayan McD yang membantu saya bahwa di Kyoto ini di beberapa lokasi banyak spot internet gratis, tinggal
connect saja katanya, lah yah..kenapa saya geblek dari tadi ya. Trus saya tanya, apa bener ini adalah Shimogyo Ward, alamat hostel Haruya tempat saya tinggal dan dia menjawab katanya bukan, nah loh..saya mulai menyadari kebodohan dan kecerobohan saya, seperti potongan-potongan film yang muncul di otak gitu aja, bahwa saya mencatat alamat yang salah dan saya menuju hostel yang salah, pantesaaaaaaan.
|
Kalau di Jalan, Nemu Peta Beginian Senengnya Minta Ampun, Secara Gak Punya Koneksi Internet |
Lalu mbak tersebut membantu dengan informasi bahwa sudah tidak ada cara lain menuju hostel tempat saya tinggal itu selain dengan taksi karena di tengah malam seperti ini, bus sudah tidak beroperasi apalagi kereta, selain itu pula sebenarnya mbak itu gak paham-paham banget alamat saya tinggal, namun dia paling gak tau di bagian Kyoto yang mananya hostel saya itu. Akhirnya demi kemaslahatan saya sendiri, saya setuju untuk memanggil taksi, ah peduli setan berapa biayanya, yang penting saya pengen ketemu kasur dan kamar yang hangat malam itu. Suhu Kyoto saat itu sekitar 8 derajat Celcius, dingin, menggigit dan bikin nangis (kalau saya bisa nangis, saya udah nangis deh, sayangnya gak bisa,
tension di belakang kepala saya lebih kuat karena tegang dan cemas). Saat proses pemanggilan dan penjelasan alamat oleh mbak-mbak ini ke supir taksi juga gak mudah kawan, bayangkan mereka penduduk Kyoto, keduanya berbahasa Jepang, tetapi masih perlu setengah jam untuk mbaknya menjelaskan bapaknya saya perlu dibawa ke bagian kota yang sebelah mana. Setengah jam kemudian, akhirnya bapak supir taksi paham dan dengan berbekal
screenshoot foto peta lokasi tempat saya akan tinggal (saya masih belum tahu bedanya hostel yang saya
booking dengan hostel salah alamat ini) maka berangkatlah saya pergi ke hostel itu dan si mbak yang bekerja di McD
waving goodbye, duh mbak saya berutang budi padamu,
Arigatou Gozaimasu!
|
Salah Satu Manfaat Nyasar Juga, Ketemu Toko Cantik di Pojokan Bisa Jadi Gambar Cantik |
Di kursi penumpang taksi, supir itu membawa saya ke alamat hostel yang ternyata cukup jauh, ada kira-kira mungkin 20 menitan dari alamat pertama tadi dengan kondisi jalanan Kyoto yang lengang ya di tengah malam, saya menghabiskan 1.600 yen untuk biaya taksi atau sekitar Rp. 188.000,- (gak bakal rela saya kalau naik taksi biaya segitu di Indonesia, tapi ya udahlah ya..). Akhirnya saya sampai tepat di depan hostel HARUYA TERRACE pada pukul 02.30 waktu setempat. Hostel tempat saya menginap di Kyoto ini ternyata memiliki beberapa
sister hostel yaitu Hostel Haruya Kyoto (hostel salah alamat tadi), Hostel Haruya Aqua dan Hostel Haruya Book, yang Haruya Book, Aqua dan Terrace letaknya berdekatan dan dalam satu kompleks, yang Kyoto itu agak nyemplang sendiri lokasinya. Kenapa saya yakin bahwa ini adalah hostel saya yang benar ? karena di depan pintu resepsionis sudah ada kertas yang tercetak dengan nama saya beserta petunjuk denah kamar di dalam hostel dan sandi membuka pintu yang harus saya ikuti agar saya bisa masuk ke dalam. Ah sungguh PR tambahan ini dengan otak yang sudah lemah serta fisik yang capek setelah berpindah-pindah kota beratus-ratus kilometer. Salah sendiri..siapa suruh punya hobi kok nyasar..haha *Toyor
my self.
|
Area Ruang Terbuka Hijau di dekat Hostel, Kalau Nyasarnya Kelamaan sih, Istirahatkan Dulu Aja Kaki ama Otaknya :) |
Leason Learned
1. Lain kali jangan ceroboh lagi menyimpan alamat hostel yang salah, teliti dan pastikan berulang kali
2. Jangan datang ke suatu kota baru di waktu-waktu rawan, di mana kendaraan umum jarang tersedia dan alternatif orang yang dimintai tolong tinggal sedikit, kalau bisa datang di suatu kota asing itu sebelum gelap lah
3. Mungkin harus dipertimbangkan untuk beli paket internet atau menggunakan SIM card lokal selama di negara asing, mungkin sayanya yang terlalu hemat, tetapi sebenarnya tidak mau ada distraksi dari internet sih saat eksplor (sok idealis pada akhirnya rugi sendiri, hihihi...)
4. Jangan terlalu banyak membawa barang bawaan di luar kapasitas, nah ya ini akan membuat kita kelelahan dan sulit berfikir jernih saat nyasar sambil bawa carrier segeda gaban dan ransel yang berat pula.
5. Meningkatkan kemampuan membaca peta dan mengenali arah angin, sehingga kalaupun nyasar cepat ketemu jalan yang benar
6. Jangan suka nyasar lagi lah...
Bagaimana dengan kamu, suka atau pernah nyasar juga gak kalau pas travelling ?
Galuuuuhhhh 😘
BalasHapus