panduan jalan ke Nusa Lembongan : surga yang berantakan

       Surga itu selalu sempurna bukan ? iya seharusnya, tetapi judul surga yang berantakan itu terlalu membuat paradoks. Ah gak usah mbulet2, mari menulis tentang Nusa Lembongan, sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara Pulau Bali, berdekatan dengan Nusa Ceningan (pulau kecil) dan Nusa Penida (pulau paling besar). Semua sudah tahu kan ? (hening)...wah belum tentu semua orang yang tahu Bali, pada tahu pulau ini lo. Kebetulan liburan akhir tahun yang istimewa kemarin saya punya kesempatan untuk berlibur bersama pacar ke pulau ini (bukan bulan madu ya, Liburan!), istimewa, karena liburan kali ini disponsori oleh dompet yang awalnya tebal lalu semakin menipis (huhuhu..), karena menghabiskan budget lumayan, hehe..selain karena bertepatan dengan High Season Liburan akhir tahun (waktu di mana semua makhluk Indonesia yang mau dianggap nge-heitz harus upload foto liburannya di Bali) dan juga beberapa fasilitas berlibur yang kami pilih, harganya agak di atas rata-rata harga liburan kami selama ini, rata-rata tiap orang beda kan ?

Suatu subuh menjelang matahari terbit di Selat Bali


Perjalanan Berpindah Pulau

       Kami berdua, berangkat dari Stasiun Surabaya Gubeng menggunakan Kereta Api Mutiara Timur Malam kelas bisnis tujuan Denpasar yang berangkat tepat pukul 22.10 WIB dengan harga tiket Rp 250.000,-. Naik kereta selama 6 jam dari Stasiun Surabaya Gubeng hingga Stasiun Banyuwangi Baru, selanjutnya ditransfer dengan Bus Damri yang disediakan khusus oleh PT KAI hingga menyebrang ke Pelabuhan Gilimanuk dan sampai di Denpasar pukul 11.00 WITA. Ada dua pilihan penurunan penumpang saat di Denpasar, boleh di Terminal Ubung atau di Jl. Diponegoro (di depan Supermarket Tiara Dewata). Tujuan kami berdua adalah Pantai Sanur, maka kami memilih untuk turun di Jl. Diponegoro, agar lebih dekat dan mudah mencari kendaraan untuk ke Sanur. Ternyata apa yang kami kira mudah itu hanya dalam bayangan. Kemungkinan kami akan naik taxi, karena Pantai Sanur tinggal dekat lagi, kalau Angkutan Kota, seperti yang mungkin teman-teman sudah tahu, sistem angkutan kota di Bali tidak bagus. Naik taxi, dengan mencoba menelepon call center Blu Bird yaitu (0361) 701111 susah sekali dan sangat sibuk, sekalinya diangkat ternyata taxi Blue Bird yang kami inginkan untuk reservasi, harus menunggu sampai 1 jam, wow..bisa gak kekejar ini kapal ke Nusa Lembongan, sementara jam sudah menunjukkan pukul 11.00. Perusahaan taxi lain pun yang coba kami hubungi juga full, akhirnya dapat taxi yang lewat dan biaya naik taxi ke Pantai Sanur dari Jalan Raya Puputan (jalan sekitar 300 meteran ke arah Robinson dari Supermarket Tiara Dewata) adalah Rp 40.000,-.
       Setelah sampai di Pantai Sanur, kami langsung ke agen penjualan tiket Optassal Office dan tanpa babibu, si bapak penjual tiket menawarkan Rp 200.000,- per orang, PP, tidak bisa beli ecer. Saat itu hari sudah siang dan kami menanyakan ke beberapa agen tiket kalau jadwal fast boat hari itu sudah habis, juga googling sebelumnya kalau harga tiket maksimal untuk wisatawan lokal adalah Rp 100.00,- sekali jalan (walau bisa dapat sekitar Rp 50.000 - 75.000,-) kita ambil aja tiket ini. Jadi untuk berdua, habis Rp 400.000,- untuk tiket PP (31 Desember 2014 - 2 Januari 2015). Naik Fast boat yang namanya "Dream Beach" itu ternyata tidak se-slow yang saya bayangkan, haha..beneran berasa naik wahana di Dufan (wah ke Dufan aja belum pernah) karena ombak menghantam-hantam, btw langsung kebayang para korban di Air Asia nih (Inallilahi). Ada beberapa penumpang perempuan yang sampai teriak-teriak histeris saking takutnya. Saya sih..berdoa dalam hati aja, gengsi juga kalau ketahuan takut, hehe..

 Fast Boat yang membawa kami menyeberang dari Pantai Sanur ke Nusa Lembongan

       Kami diturunkan di Mushroom Bay, padahal janjinya si bapak penjual tiket tadi kita mau diturunkan di Pantai Jungut Batu, tetapi kata supir boatnya, mereka tidak mendapat pemberitahuan kalau kami harus diturunkan di Pantai Jungut Batu, sedangkan jarak antara Mushroom Bay ini ke Pantai Jungut Batu, lumayan kalau jalan kaki (baca : lebih dari 3 km trough GPS). Jadi pelajaran, lain kali sebelum naik fast boat  di Pantai Sanur menuju Nusa Lembongan, pastikan fast boat yang kalian naiki akan turun di pantai di mana kalian akan tinggal. Kesel yah..kesel, saking keselnya saya menolak ajakan pacar untuk sewa motor langsung dari Mushroom Bay (Harga Rp 75.000,- per 24 jam belum bensin), dengan alasan motornya akan mubazir selama 1 hari, karena kita baru merencanakan keliling pulau esok hari. Ya sudah akhirnya memutuskan jalan kaki dengan kondisi emosi ditipu, kelaparan dan capek perjalanan darat jauh tanpa tahu bahwa Pantai Jungut Batu kalau dari Mushroom Bay ini melewati beberapa tanjakan, bukit dan hutan ewh..Ah sebelum emosi berlanjut, kita memutuskan untuk makan siang dulu deh ah, gak makan siang di cafe2 dulu, dengan harapan akan menemukan warung muslim nasi campur yang harganya murah meriah. ternyata makanan masuk akal yang kita temui pertama adalah sate dan soto. Berhenti dan makan sate dan soto yang harganya muahal (berdua habis Rp 41.000,- terdiri dari sate 10 tusuk dan soto daging ayam suwir-suwir) dan rasanya kemana-mana, ah sudahlah namanya lapar. Mari lanjutkan perjalanan berjalan kaki mencari Pantai Jungut Batu, ternyata di tengah jalan (eh belum setengah jalan sih, mungkin baru sepertiga), ada supir pick up yang nawarin kita naik dengan biaya Rp 25.000,- per orang. Ya sudah naik pula akhirnya, dan pada saat sampai Jungut Batu, saya dengan rendah hati menyesal kenapa tadi menolak untuk sewa motor, hehe..maafkeun emosi membuat otak tumpul.    
        Sesampai di Jungut Batu, langsung diturunkan di depan homestay (Nitya Homestay) yang telah kita booking sebelumnya melalui situs booking.com dan perhatian saya langsung terpancang pada kolam renang berwarna biru yang jadi point of view di hotel ini.

 Mushroom Bay, tempat persinggahan fast boat yang akan menuju atau dari Nusa Lembongan

Is that beautifull ? Not me..but the pool, haha..kamar kami di lantai 2 pojok kiri.

Tentang Nitya Homestay 
           Homestay ini, termasuk mahal (atau memang harga penginapan di Nusa Lembongan dengan fasilitas seperti ini memang mahal yah ?). Dengan harga menginap semalam sebesar Rp 400.000,- mendapatkan kamar dengan fasilitas standard (Bed, AC, non hot water, sarapan standard bule, hehe roti or pancake dengan kopi, teh), kamarnya tanpa pajangan, sepi, tapi ya sudahlah, kita kembali ke kondisi awal yah, ini High Season , saya baca di website homestay yang bersangkutan memang harganya berlainan tergantung tanggal (Reguler, High dan Peak). Sayang juga walau sebenarnya stafnya baik-baik, namun pelayanan yang diberikan kurang mengandung prinsip service excellent..halah. Di homestay ini juga ada restoran, yang kalau siang sampai malam (tutup jam 22.00 WITA walau malam tahun baru) penuh dengan wisatawan mancanegara yang makan siang atau makan malam. Walau menurut saya juga makanan yang disajikan tidak terlalu enak, namun harganya standard, tetapi standard Nusa Lembongan teman, hehe..maksudnya harga makanan dimulai dari Rp 25.000 ke atas. Jadi memang menurut pendapat saya pribadi (subyektif ya) kelebihan hotel ini hanya kolam renangnya yang indah, hanya untuk renang cantik ya, kagak buat jadi atlet (karena paling dalam gak sampai 160 cm).

 Suasana kamar di Nitya Homestay

 Sarapan Standard Nitya Homestay, ada beberapa paket salah satunya ini.
       
 Malam Tahun Baru ? Failed

       Setelah beristirahat dengan tenang (eh..), malam kita bangun jam 20.00 WITA dengan kondisi sudah lebih fresh setelah seharian di jalan dan berencana melewatkan malam tahun baru dengan mencari acara seru atau kembang api di sekitar pantai. Namun rencana tinggal rencana, apa yang terjadi sama seperti malam-malam tahun baru sebelumnya, hujan saudara-saudara..gagal deh melihat kembang api sambil romantis-romantisan di tepi pantai :(, padahal dress code  berupa dress pantai kembang-kembang sudah keburu dipakai. Ya sudahlah, mari kita balik kucing menuju homestay dan makan malam di sana aja, sehabis makan malam, nonton tv masih di restoran homestay dan pesan sebotol besar Bir Bintang, cuman gitu aja..iya cuman gitu..wong hujan deres, mau apa  ? haha..setelah Bir habis tidak seberapa lama setelah restoran tutup, kami naik ke kamar. Pacar yang ngantuk melulu kerjaannya kalau ketemu kasur, langsung masuk kamar dan tidur, saya sendiri duduk di depan kamar dan berharap menemukan secercah cahaya kembang api di kejauhan, haha..akhirnya memang ada kembang api di daerah pantai dan beberapa tamu hotel ada yang berenang tengah malam sambil mengucapkan Happy New Year ke tamu hotel yang lain. Setelah keriaan yang tak terlalu berhasil itu reda, saya juga masuk kamar dan tewas.

Eksplorasi Pulau
 
         Hari yang ditunggu pun tiba, ya hari ini..hari Kamis, 1 Januari 2015, saatnya eksplor pula, yay! Langkah pertama-tama yang harus dilakukan adalah, sewa motor. Sehari sebelumnya pacar sudah nanya ke penjaga homestay tentang persewaan motor, dan ternyata homestay itu menyediakan, ya walaupun sepertinya motor yang dipinjamkan ke kami adalah motor milik koki yang bekerja di restoran homestay. Motor itu disewakan dengan harga Rp. 70.000,- per 24 jam, sudah diisi bensin setengah tangki, lumayan lah dan jatuhnya lebih murah daripada yang ditawarkan orang di Mushroom Bay. Perjalanan keliling pulau hari ini diawali dari homestay lalu berbelok ke kanan mengarah ke pantai mangrove, sebelum mendekati mangrove tepatnya setelah terlewat pura kita melewati jalan bergelombang dan baru sadar kalau ban kurang angin, akhirnya balik arah untuk cari bengkel buat tambah angin dan mengarah ke jalan menuju Mushroom Bay. Melewati sebuah bukit, kira-kira titik tertinggi di Nusa Lembongan, di bukit ini ada sebuah cafe bernama Panorama yang menjual view terbaik dari titik tertinggi di Nusa Lembongan. Sebelum sampai di Mushroom Bay, kita berbelok ke kiri mengikuti jalan ke arah Nusa Ceningan. Jadi Nusa Ceningan ini adalah sebuah pulau yang masih terletak di tenggara Pulau Bali dan tercepit antara dua pulau yaitu Nusa Lembongan dan Nusa Penida. Antara Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, bisa dilalui dengan mudah karena diperantarai sebuah jembatan gantung yang terbuat dari kayu dan besi yang dicat kuning. Jembatan ini hanya muat untuk 2 motor bersisian, tetapi ya mepet dan agak goyang-goyang saat jembatannya dilalui. Sepertinya kami berdua lebih banyak eksplor di Nusa ceningan ini.

Titik tertinggi di Nusa Lembongan
 
Jembatan yang menghubungkan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan

Nusa Ceningan, Secret Beach and Great Lunch
      
       Di Nusa Ceningan, pertama kali kita datang ke suatu ujung yang dinamakan Devil's Tear, batu karang dengan ombak yang siap-siap memecah di bawahnya. tidak terlalu menarik menurut saya. Ada suatu resort yang berdiri di tepian tebing ini, typical mayoritas resort yang ada di kedua pulau ini, dengan kolam renang yang langsung menghadap ke pantai atau laut. Setelah Devil's Tear kami coba menelusuri berbagai jalan yang sepertinya mengarah ke pantai ataupun tempat yang terlihat menarik. Di sebelah Devil's Tear kami menemukan sebuah tebing juga, dengan deburan ombak yang lebih keras, sepertinya jarang dikunjungi orang, tidak terlihat fasilitas apapun, jalan pun masih sulit sekali dilewati dan berbagi dengan sapi yang sedang enak berjemur. Kami menghabiskan beberapa lama waktu di sini untuk berfoto dan melihat Nusa Penida di kejauhan. Yang keren dari titik ini adalah, view berupa ombak berdebur keras yang memecah di tebing. Di Sudut ini pula, kami menemukan suatu pantai berpasir putih yang terlihat di kejauhan, mencoba untuk mencari pantai itu, sehingga akhirnya kami mampir ke sebuah Resort yang bernama Villa Trevally Eco Resort and Secret Beach. Ya memang di resort inilah Secret Beach berada, parkir motor, lalu ada jalan menurun ke bawah, langsung disambut oleh seorang bapak tua penjaga vila, yang sangat baik dan ramah. Bapak ini menjelaskan kalau pengunjung diperbolehkan berenang di pantai berpasir putih itu gratis, tetapi kalau mau berenang di kolam renangnya, harus membeli makanan atau minuman dulu. 
       Akhirnya karena sudah kehausan juga, kami membeli air mineral dan lime squash, keduanya seharga Rp 40.000,- dan kami langsung berenang ke pantai yang berpasir putih itu, byurrr...sayangnya pantainya yang kelihatannya berpasir putih itu, ternyata penuh dengan batu karang kecil-kecil di dasarnya, sehingga saat ombak mengarah ke badan kita, maka bisa jadi sakit semua. Yang menyenangkan berada di pantai ini adalah, sepi sekali, tidak ada pengunjung lokal, bahkan saat itu kami berdua hanya bersama 2 pasang wisataman mancanegara, yeah that's way it's called "Secret Beach", ah pokoknya highlight eksplorasi pulau hari ini adalah pantai ini deh. Setelah puas bermain di pantai, kami menuju kolam renang yang langsung bersisian dengan pantai, kolam renang ini berisi air asin, sehingga nyaman sekali untuk berenang. Selesai berenang di Villa Trevally ini, kami langsung melanjutkan lagi mengelilingi pulau, hingga terasa bahwa perut kami mulai berontak, hehe..

That's the Secret beach, the bucket list swimming pool and me!

       Kami makan siang di sebuah restoran yang terletak di atas sebuah puncak tebing dengan viem menawan ke arah lautan yang membiru dan Nusa Penida. memang kebanyakan cafe dan resort di area Nusa Penida dan Nusa Ceningan ini menjual view diatas bukit atau tebing dengan view laut lepas, pantai ataupun Nusa Penida di seberang. Nama restorannya sendiri saya lupa, lah wong mengambil gambar makanannya saja lupa kok, saking kelaparannya ini perut jadi si makanan gak sempat difoto, langsung berakhir di lambung dengan cepat. 

Lunch, with this kind of view
       
Nusa Lembongan
 
       Setelah makan siang, kami melanjutkan untuk mengendarai motor sewaan kami mengelilingi Nusa Ceningan. Ternyata sampai pada ujung dari Nusa Ceningan, dan akhirnya kita mencari jalan untuk menuju ke arah jembatan penghubung Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan. Di Nusa Ceningan ini yang terlewatkan oleh kami adalah Blue Lagoon untuk melakukan cliff jumping, karena jalan menuju ke sana tidak jelas juga petunjuk arahnya. Setelah sampai di Nusa Lembongan, kita lanjutkan perjalanan eksplorasi pulau, melewati tempat budidaya rumput laut, lalu menuju Dream Beach. Di Dream Beach ini sudah lumayan rame baik dengan wisatawan lokal maupun mancanegara dan ada resort beserta cafe yang kokoh berdiri di tepian pantai. Rupanya sudut manapun di kedua nusa ini yang mengandung pantai dengan view yang bagus tidak luput dari pembangunan resort maupun cafe yang gencar yah. Semoga efek buruknya tidak terlalu buruk ya buat pulau ini sendiri. Di Dream Beach, tanpa babibu banyak basa basi, kami langsung nyebur ke pantai yang ombaknya keren itu, yep keras dan pantainya langsung dalam, jadi hati-hati bagi yang belum seberapa mahir berenang. Cuaca memang sudah mendung saat kami memarkir motor di atas tebing yang berbatasan dengan pantai, saat kami asyik berenang terlempar-lempar ombak, eh hujan deras turun tiba-tiba, tetapi tidak seberapa lama. Cuaca memang sedang tidak menentu, kadang hujan, mendung bahkan panas. Saya yang mengira cuaca mendung pun dengan pede nya memakai atasan tanpa lengan dan tanpa menggunakan sunblock, akhirnya gosonglah yang didapat saat pulang dari berlibur ini.
Inilah Dream Beach, kebetulan pas difoto ombaknya bisa tenang
        Berenang di Dream Beach udah puas (baca : capek), maka eksplorasi dilanjutkan lagi untuk memburu tempat melihat sunset terbaik, ternyata setelah menyusuri sepanjang garis pantai yang dipenuhi resort-resort, kami tidak menemukan tempat terbaik. Dan pada akhirnya yang dilakukan adalah menuju Mushroom Bay, saya tidak merasa ada yang istimewa dengan tempat ini, selain karena terlalu ramai sebab menjadi tempat persinggahan boat yang akan pergi atau menuju ke Nusa Lembongan, dan juga pantainya sendiri viewnya biasa aja. Jadi di pantai ini hanya lewat. Sebelum melanjutkan perjalanan eksplorasi lagi, kami isi bensin dulu di sebuah warung di dekat Mushroom Bay, dan harga bensin saat itu adalah Rp 22.000,- mendapatkan sebanyak 1.5 L, walaupun kami tahu saat itu harga bensin sudah turun menjadi Rp 7.600 per liter, pemakluman kembali terjadi karena kami berada di Nusa Lembongan, sebuah pulau yang memerlukan usaha lebih keras untuk mengangkut sumber daya yang akan diperlukan penduduk.
       Setelah tangki bensin sudah terisi penuh, yang selanjutnya kami lakukan adalah menyusuri jalan yang tersisa di Nusa Lembongan, tidak terasa kami sampai di dekat daerah Mangrove, yang tadi pagi hendak kami susuri tetapi tidak jadi karena ban dalam kondisi kurang angin. Kami parkir motor dan menyusuri pantai yang berbatasan dengan mangrove yang begitu tenang itu, sepertinya direkomendasikan untuk nongkrong sore-sore santai. Sebenarnya dari titik ini dapat melakukan snorkeling dan keliling area mangrove dengan menyewa perahu dan harga sewa yang ditawarkan adalah Rp 250.000,- untuk dua orang, karena sudah terlalu sore dan capek juga berkeliling pulau, kami tidak tertarik, mungkin bisa dicoba lain kali, selalu ada lain kali bukan ?
 Pantai yang sungguh tenang, berbatasan dengan area mangrove
       Di Sore hari yang mendung itu akhirnya kami berdua tertambat di sebuah pantai yang telah berubah menjadi seperti tebing karena air laut yang sudah pasang bernama Jungut Batu, yak setelah hampir 2 hari kami menginap di sudut pulau bagian ini, kami baru menemukan bahwa Jungut Batu adalah seperti ini. Niat kami awalnya merapat ke Jungut Batu ini adalah menemukan Pura Segara yang akan menjadi tempat penjemputan fast boat yang akan kita tumpangi besok pagi ke Pantai Sanur, kembali ke Pulau Bali. Setelah menemukan Pura Segara, kami menemukan pula pedagang bakso di depan Pura, tergoda dong..dong..sudah sore, mendung, dingin berangin, di tepi pantai pula. Satu mangkok bakso ceker dengan lontong dan 1 telur ayam utuh siap tersaji untuk disantap dengan harga yang amat murah ukuran Nusa Lembongan yaitu Rp 10.000,- (makanan termurah di Nusa Lembongan so far). 
\
Makan bakso sore-sore di tepi pantai, suasana mendung pulak, asyek..
       Jalan-jalan udah, makan bakso udah, berjemur udah, udah sore menjelang malam juga, mari kita balik ke hotel, berenang santai di hotel trus istirahat. Kelar istirahat, lalu keluar cari makan dan mencoba 99 Meal's House yang jadi rekomendasi di beberapa artikel, rasanya gak seberapa enak menurut saya, harga ya standard Nusa Lembongan lah (Makan berdua, nasi putih, sayur 1, lauk 1, minum es teh 2 habis Rp 86.000,-). Sempat terjebak hujan dan badai di kedai ini sampai kedinginan dan basah, setelah hujan reda baru kita putuskan buat menerobos hujan gerimis hingga pulang ke homestay. Perjalanan hari ini cukup membuat kami kelelahan dan tertidur pulas hingga keesokan paginya yang menjadi hari terakhir kami berada di Nusa Lembongan. 
       Kesan mengenai Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan adalah, sebenarnya kami cukup surprise dengan sajian yang diberikan oleh pulau ini, apalagi pantai-pantai tersembunyi dengan resort-resortnya, namun penataan yang berantakan serta fasilitas yang kurang sungguh membuat pengelolaan pulau ini berantakan. Setiap lahan seperti dimanfaatkan per jengkal untuk membuat resort, cafe dan tempat menarik lainnya, tanpa mempertimbangkan keseimbangan dengan sekitar. Untuk orang yang terbiasa liburan demi mencari keriaan, sepertinya pulau ini cocok, tetapi untuk mencari ketenangan, tunggu dulu. Jalanan di pulau juga banyak yang rusak, sampah berserakan, but overall saya suka ke pulau ini untuk eksplor suatu kehidupan berlibur yang baru. Kesan lainnya semua serba mahal, entah karena kami ke sana waktu high season atau memang biaya operasional di pulau ini mahal setiap saat. Wisatawan di pulau ini memang didominasi oleh wisatawan mancanegara (baca : bule), tetapi warga lokal pun ,masih ada walaupun umumnya mereka hanya datang sehari pada pagi hari, eksplor pulau, foto-foto di pantai dengan pakaian lengkap dan make-up lalu pulang lagi sorenya. Belum banyak wisatawan lokal yang mengenal baik pulau ini, bahkan belum tentu tahu Nusa Lembongan di mana, jadi tidak ada salahnya kan, silahkan berkunjung dan eksplor pulau ini lebih banyak.
       Hari terakhir di pulau, 2 Januari 2015 jam 10.30 kami harus berada di kantor Optassal Office yang berada di Jungut Batu dan akhirnya naik kapal Trans Nusa menuju pantai Sanur. Sungguh kondisi laut yang berombak besar dan angin yang terus bertiup kencang membuat kami semua yang berada di dalam fast boat terguncang-guncang hebat, dan kejadian seperti waktu kita berangkat ke Nusa Lembongan terjadi seperti dejavu, yaitu ada penumpang perempuan yang berteriak-teriak histeris bahkan taksegan memeluk erat lelakinya (eh tunggu, kok seperti adegan ftv yah), haha..begitulah, tetapi untunglah kami sampai dengan selamat dan excited di Pantai Sanur. Excited karena membayangkan perjalanan kita ke Ubud selanjutnya yang sama sekali belum jelas..haha..ciao!


See ya Nusa Lembongan!  Merci..
 





Komentar

Postingan Populer